Entri Populer

Kamis, 28 April 2011

SITUS BATU GONG


Artefak ini terletak di Desa Stowe Brang, Kecamatan Utan, sekitar 1 km dari simpangan sebelah barat jembatan Utan arah utara. Batu gong ini dapat ditemukan dalam perkebunan milik Bapak Iman. Jarak tempuh dari kota Sumbawa Besar menuju ke lokasi sekitar 1 jam perjalanan jika  menggunakan roda empat maupun roda dua.
Batu gong ini sebenarnya berjumlah 11 buah namun sekarang hanya ditemukan 7 buah, sedangkan sisanya hilang karena dicuri. Dilokasi enam dari batu ini masih tertimbun dalam tanah, namun satu diantaranya berada diatas permukaan tanah, adapun batu yang digunakan ialah batu kali  yang rata-rata berdiameter 50 cm dengan tinggi 30 cm.
Batu gong ini merupakan peninggalan masa neolitikum atau jaman batu muda karena bentuknya  telah diasah menyerupai gong. Batu ini oleh masyarakat pada masa itu digunakan sebagai tempat pemujaan roh leluhur. Hal ini jelas sekali memperlihatkan suatu kepercayaan bahwa yang masih hidup dapat memperoleh berkah dari hubungan magis dengan nenek moyang melalui bangunan megalitik tersebut sebagai medium. Namun ada juga yang mengatakan batu ini merupakan umpak batu. Mengingat batu ini ditemukan tidak diatas gunung seperti benda-benda pemujaan lainnya, maka ada kemungkinan bahwa batu ini berfungsi sebagai umpak rumah. Jika hal ini benar, maka dulunya tempat ini merupakan perkampungan masyarakat. Di batu gong tidak ditemukan relief-relief yang dapat menunjukkan bentuk kehidupan sosial masyarakat pendukungnya, sehingga sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh terkait tentang temuan ini.




SITUS BATU BERGORES

Situs Batu Bergores berada di Desa Tepal Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa sekitar 3 jam perjalanan kaki menuju lereng perbukitan dari Desa Tepal, posisi batu tersebut berada di atas gunung yang tidak dapat ditempuh dengan kendaraan. Pada batu bergores ini ditemukan gambar manusia, tombak, anak panah, tanda panah, telapak kaki, bundaran dan gambar - gambar lainnya. Ukuran batu bergores ini berdiameter 210 cm dengan tinggi dari dasar lereng 190 meter. Gambar pada anak panah dan tombak pada batu ini menunjukan bahwa masyarakat pada masa itu bermatapencarian sebagai pemburu binatang dan mereka tidak bertempat tinggal menetap melaikan berpindah-pindah tempat tergantung pada binatang-binatang buruannya atau foodgathering dan gambar manusia menunjukan bahwa masyarakat telah mengenal sistem kepercayaan pada roh nenek moyang yang diagap memiliki kekuatan magis religius dengan adanya batu bergores ini menandakan bahwa di desa tepal ada kehidupan manusia purba. Batu bergores ini masih perlu diteliti kembali untuk mengetahui secara spesifik agar diketahui tentang kehidupan sosial budaya, ekonomi serta sistem kepercayaan yang dianut dan juga perlu pengawasan dalam menjaga dan melestariakan batu bergores tersebut agar jauh dari kerusakan baik yang disebabkan oleh alam maupun tanggan manusia.

Rabu, 27 April 2011

Barapan Kebo ( Karapan Kerbau )

Salah satu permainan rakyat yang sangat digemari oleh masyarakat Sumbawa adalah Barapan Kebo ( Karapan Kerbau ). Kegiatan ini umumnya dilaksanakan menjelang musim menanam padi, dimana kerbau yang akan di Karapan dipasangkan dengan menggunakan " Noga ", pada " Noga " dipasang " Kareng " tempat Joki akan berdiri. kelengkapan joki berupa " mangkar " atau tongkat pemukul kerbau. untuk menentukan pemenang Barapan Kebo adalah kemampuan joki memacu Kerbau mengenai " Saka " atau tongkat yang dipancang ditengah-tengah arena Karapan. Ketepatan dan kecepatan menentukan kemenangan pemilik kerbau Karapan. Dalam kegiatan Karapan ada " Sandro " atau Dukun yang bertindak sebagai " Sandro Kebo " atau dukun kerbau dan " Sandro Saka " atau dukun pancang. Kegiatan ini menjadi salah satu ajang para Sandro untuk mengadu ilmu dan kekuatan magis.

Tari Daerah Kreasi Baru " Langan Ko Tenrang "

Pada Pekan Budaya Samawa ( PBS ) XIII Tahun 2010, tari daerah kreasi baru " Langan ko tenrang " wakil dari Kecamatan Sumbawa berhasil tampil sebagai Juara Umum menyisihkan seluruh peserta dari Kecamatan lainnya. Tari yang mengangkat tema proses pencarian ketuhanan dalam menemukan yang diramu dengan gerak dasar Tari daerah Sumbawa merupakan hasil karya dari Jafaruddin, SPd selaku Koreografer dan Zulkarnaean selaku Penata Musik. Berhasilnya Tari " Langan ko tenrang sebagai Juara Umum yang diikuti dengan Juara Umum pada mata lomba Sakeco dan Juara I Kelompok A untuk mata lomba Rabalas Lawas mengantarkan Kecamatan Sumbawa sebagai Juara Umum pada Pekan Budaya Samawa ( PBS ) XIII Tahun 2010. Pada kesempatan tersebut Camat Sumbawa mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas kerja keras seluruh Tim Kesenian Kecamatan Sumbawa sehingga berhasil meraih Juara Umum, dengan harapan semoga keberhasilan yang telah diraih dapat dipertahankan pada Pekan Budaya Samawa ( PBS ) XIV Tahun 2011 yang akan dilaksanakan bulan Oktober Tahun 2011.

Ratib Rabana Rea

Ratib Rabana Rea atau yang dikenal dengan istilah Ratib Rabana Kebo merupakan salah satu atraksi kesenian daerah Sumbawa yang kerab ditampilkan dalam berbagai even baik even upacara adat maupun pementasan hiburan rakyat. Ratib Rabana Rea merupakan pelantunan syair berbahasa arab yang diringi dengan tabuhan rabana. Sejarah kehadiran Ratib di Tana Samawa menurut penuturan hadir bersamaan dengan perkembangan Islam di Tana Samawa. Dahulu ratib merupakan salah satu sarana penyampaian syiar Agama Islam dan sebagai ritual Tolak Bala bagi masyarakat Sumbawa. Ratib selain diringi dengan Rabana Rea ( Rabana Besar ) diringi pula dengan Rabana Ode ( Rabana Kecil ) atau lebih dekenal dengan istilah Ratib Rabana Ode. Saat ini keberadaan Ratib baik Ratib Rabana Rea / Kebo maupun Ratib Rabana Ode masih eksis mengisi berbagai kegiatan adat istiadat daur hidup Tau dan Tana Samawa.

Foto Sultan Dan Permaisuri

Sultan Muhammad Kaharuddin IV dan Permaisuri Andi Tenri Djadjah Burhanuddin.

PENOBATAN SULTAN SUMBAWA KE 17

Penobatan Sultan Muhammad Kaharuddin IV menjadi Sultan Sumbawa ke XVII adalah momentum sejarah bagi Tana dan Tau Samawa. Setelah hampir 80 Tahun sejak pelantikan Sultan Muhammad Kaharuddin III penobatan ini kembali dibangkitkan. Momentum kebangkitan Penobatan Sultan Sumbawa merupakan tongak awal positif peradaban dan perjalanan sejarah Tau dan Tana Samawa. Dengan mengusung tema " Satemung Pamendi Ke Panyadu " menjadi tumpuan harapan besar kita bersama dimana Sultan sebagai Puin Rea Adat dapat menjadi pengayom dan pelindung serta panutan bagi Rakyat Sumbawa.  Prosesi Penobatan merupakan cerminan bagaimana proses penobatan Sultan Sumbawa ke XVI diangkat kembali. Panitia Pelaksana Penobatan yang bekerja dengan sungguh - sungguh dan tanpa pamrih telah memberikan hal yang menjadi dambaan Tau dan Tana Samawa. Penobatan ini menjadi simbol bahwa meskipun Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat berpisah dalam hal adminstratif namun dari sisi sejarah kita adalah satu dibawah naungan Kerajaan Sumbawa. Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan oleh Sultan Sumbawa pada semua pihak yang telah membantu terlaksananya Penobatan Sultan dengan sukses. Pada Upacara Penobatan tersebut dilakukan pula Pelantikan Pengurus Lembaga Adat Tana Samawa ( LATS ) Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat serta Pengurus LATS Kecamatan se Kab. Sumbawa dan KSB. Kehadiran Lembaga Adat Tana Samawa menjadi strategis sebagai pelaksana, penjaga dan pengembang adat istiadat daur hidup Tau dan Tana Samawa.